Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. BAB IPENDAHULUAN LATAR BELAKANG Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melibihi batas normal. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, dan mudah terkena ateroskelosis. Gejala khas diabetes mellitus berupa pliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat, hiperglekimia, dan glukosuria. Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impoten pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita, biasanya diabetes muncul pada usia diatas 40 tahun dan anak-anak yang masing-masing berlainan sifatnya. Umumnya, diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil/sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi kekurangan insulin. Disamping itu, DM diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukkan glukosa kedalam sel. Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, dalam jangka panjang diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Jika tidak waspada, DM bisa mengakibatkan gangguan pembuluh darah otak stroke, pembuluh darah mata gangguan penglihatan, pembuluh darah jantung penyakit jantung koroner, pembuluh darah ginjal gagal ginjal, pembuuh darah kaki luka yang sukar sembuh/gangren.Pengobatan DM secara langsung terhadap kerusakan pulau-pulau langerhans di pankreas belum ada langkah utama pengobatan dapat dilakukan dengan cara melakukan diet, yakni mengurangi kalori dan meningkatkan konsumsi vitamin, melakukan olah raga secara teratur, mengonsumsi obat-obatan hipoglekimia oral, melakukan terapi insulin. Ternyata sampai sekarang ini masih saja penderita DM bertambah banyak. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak masyarakat khususnya penderita DM yang tidak tanggap terhadap penyakitnya. Hal itu mungkin disebabakan karena ketidaktahuannya akan penyakit DM tersebut, tidak ada biaya berobat atau ketidakpedulian terhadap DM itu sendiri. Padahal sudah jelas betapa penyakit DM itu dapat menimbulkan komplikasi yang dapat berakibat fatal. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas penulis tertarik menulis karya tulis berjudul Diabetes Melitus. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membahas apakah yang dimaksud dengan diabetes Tujuan Penulis Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk menjelaskan tentang penyakit diabetes mellitus dan permasalahannya. Kegunaan Penulis Karya tulis ini diharapakan dapat beguna bagi sekolah dan masyarakat, selain itu dapat menambah nilai bahasa Indonesia. Metode Penulis Metode penulisan karya ini menggunakan metode pustaka. Sistematika Penulis Karya tulis ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama pendahuluan, berisi latar belakang masalah, sistematika, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab kedua, pembahasan. Bab 3 ketiga, berisi penutup serta kesimpulan dan saran. BAB Pengertian diabetes melitus Penyakit diabetes melitus sering disebut juga penyakit kencing manis. Penyakait ini menyebabkan tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula glukosa dalam darahnya. Penderita mengalami gangguan metabolism distribusi gula di dalam tubuh sehingga pankreas tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi kelebihan gula di dalam darah sehingga menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah tersebut melimpah ke sistem urine sehingga air kencing penderita diabetes mellitus sering dikerubuti semut karena berasa manis. Penyebab diabetes melitusMengelola penyakit ini sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri, mengikuti saran dokter, melakukan olah raga secara teratur, dan tidak mudah putus asa. Seseorang dikatakan menderita diabetes jika kadar gula darahnya diatas 120 mg/dl dalam kondisi berpuasa dan diatas 200mg/dl setelah dua jam makan. Tanda lain yang lebih nyata adalah bila dalam air senirnya banyak mengandung gula. Adapun penyebab munculnya penyakit DM antara lain, rusaknya sebagian kecil/sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi kekurangan insulin, kedua orang tuanya menderita diabetes, pernah melahirkan beyi dengan berat badan lebih dari 4 kg, pada waktu pemeriksaan kesehatan ditemukan kadar gula darah 140-200 mg/dl. Gejala diabetes melitus Gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsia, lemas dan lapar yang terus-menerus, hiperglekimia, dan glukosuria. Dalam fase ini umunya berat badan penderita terus naik karena dia sering makan dan minum. Karena masih didukung dengan makanan maka jumlah insulin dalam tubuhnya masih mencukupi. Jika gejala sudah tampak tetapi panyakit belum juga terdeteksi, akan muncul gejala lain berupa kekuranganya insulin. Pada tahap-tahap ini nafsu makan penderita mulai berkurang, kadang-kadang disertai dengan rasa mual. Namun, penderita tetap sering haus, banyak buang air kecil, serta cepat merasa lelah dan lemas. Akibatnya, berat badan pun akan turun drastic kurang lebih 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu. Akibat diabetes melitus Komplikasi akibat penyakit diabetes mellitus bisa muncul secara akut maupun kronis, yaitu beberapa bulan atau beberapa tahun setelah mengidap diabetes. Komplikasi kronis bisa terjadi pada beberapa bagian tubuh sebagai berikut. Pembuluh darah Komplikasi yang paling berbahaya pada penderita diabetes adalah komplikasi pada pembuluh darah karena akan terjadi penyempitan pebuluh darah angiopati diabetic. Angiopati diabetic yang terjadi pada pembuluh darah kapiler disebut mikroangipati diabetic. Secara medik, penderita diabetes melitus ditentukan olehkualitas pembuluh darahnya yaitu, lumpuh atau lemah separuh akibat kerusakan pembuluh darah, apabila lumpuh disebelah kanan bisa disertai dengan gangguan bicara bahkan, bisu Mata jika kadar glukosa dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi cembung dan penderita mengeluh pandangannya menjadi kabur. Biasanya, penderita akan sering mengganti lensa kaca matanya. Penyakit ini menyebabkan lensa mata menjadi keruh tampak putih dan membuat pandangan kabur katarak. Jika katarak sudah parah harus segera dioperasi. Jantung Penderita diabetes mudah terserang penyakit jantung koroner, yatu penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner. Jika ini terjadi, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan sehibgga akan menjadi lemah atau sebagian sel jantung mati. Keadaan ini disebut infark jantung myocoard infark. Organ reproduksi Selama urat syaraf yang memelihara alat seksual yang tidak terganggu, bias any kemampuan seksual penderita tetap normal . namun, jika kerusakan syarafnya sudah berat dan permanen, penderita akan mengalami impotensi. Impoten ini pada umumnya tidak boleh diobati dengan suntikan hormone seks pria testosterone karena biasanya kadar testosterone penderita diabetes masih normal. Impotensi pada penderita diabetes dapt dibedakan menjadi dua jenis, yaitu impotensi psikogenik dan impotensi neuroganik. Impotensi neurogenik dipengaruhi oleh gangguan syaraf sedangkan impoten psikogenik lebih cenderung akibat gangguan Usaha penganggulangan diabetes melitusMenurut catatan WHO, diperkirakan lebih dari 50% pengidap diabetes tipe II tidak terdiagnosis. Mereka umumnya baru tahu menderita diabetes pada saat berobat untuk penyakit lain. Akibatnya, terjadi komplikasi diabetes serius yang ditandai oleh hilangnya kesadaran, tekanan darh tinggi, terjadi gangguan jantung, gangguan ketajaman penglihatan sampai buta, dan kerusakan jaringan ganggren sehingga harus diamputasi agar tidak mengejar ke jaringan lain. Diabetes dapat dikontrol dengan mengubah beberapa kebiasaan hidup sehingga kadar gula dalam darah akan kembali seperti biasa atau normal . perubahan gaya hidup tersebut diantaranya makansecara teratur dan mengikuti pola makan yang sehat, menjaga berat badan, tetap mengkonsumsi resep obat dari dokter, olahraga secara IIIPENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus DM adalah penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah melibihi batas normal. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, dan mudah terkena ateroskelosis. Penyakit ini dpat dikontrol dengan cara pola hidup dan olah raga yang teratur. Saran Adapun saran penulis sebagai berikut Jangan menganggap spele penyakit diabetes Hendaklah olah raga secara teratur dan mengikuti pola makan yang sehat. Sebaiknya dilakukan pengecekan gula darah sebulan sekali. Jika terdapat gejala-gejala diabetes hendaklah periksa ke dokter. Lihat Pendidikan Selengkapnya
KESIMPULANDAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang "Gambaran Pengetahuan Penderita Tentang Pencegahan Diabetes Melitus Di Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli Serdang tahun 2017" maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Semakin tinggi tingkat usia, maka filtrasi diabetes melitus semakin
a. Perlunya dilakukan pemeriksaan audiometri pada penderita DM Tipe-2 untuk mengetahui secara dini adanya komplikasi berupa mikroangiopati yang tejadi pada organ pendengaran sehingga dapat dilakukan pencegahan serta penatalaksanaan selanjutnya. b. Perlunya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala agar dapat mengkontrol kadar gula darah penderita DM Tipe-2 guna mencegah terjadinya komplikasi mikroangiopati yang terjadi pada organ pendengaran. c. Perlunya pembekalan edukasi kepada penderita DM Tipe-2 mengehai hal keteraturan berobatnya guna mengontrol kadar gula darahnya agar dapat mencegah terjadinya komplikasi baik pada organ pendengaran maupun pada organ lain. d. Perlu dilakukan pula untuk penelitian lanjutan yang menghubungkan antara ambang dengar pada penderita DM Tipe-2 dengan terjadinya komplikasi mikroangiopati pada organ lain. DAFTAR PUSTAKA Agarwal, Y. Platz, E. Niparko K. 2009. Risk Factor for Hearing Loss in US Adults Data from National Health and Nutrition Examination Survey 1999- 2002, Otology and Neurootology, Vol 30, No. 2, pp 139-145. Agarwal, C., Pujary, L., Ganapathy, K., Balakrishnan, R., Nayak, D., Hasan, F. 2013. Pure Tone Audiometry and Otoacoustic Emission for the Assessment of Hearing Loss in Diabetic Patients. India Indian Journal of Otology, pp 13-17. American Speech-Language-Hearing Association. 2005. Guidelines for Manual Pure-Tone Threshold Audiometry [Guidelines]. Retrieved Desember 01, 2012, from Atcherson, S. R., & Prout, T. M. 2003. How to Describe and Characterize Your Hearing Loss. Journal of the Association of Medical Professionals with Hearing Loss , 1 2. Austin, D. F., Martin, Griset, S., Millan, G. P., Dermot. D., Fausti. S. 2009, Diabetes-Related Changes in Hearing, American The Laryngoscope, pp 1788-1796. Brainbridge KE, Hofman HJ, Cowie CC. 2008. Diabetes and Hearing in the United States Audiometric Evidence from the National Health and Nutrition Examination Survey, 1999 to 2004. Annals of Internal Medicine; Amerika Serikat. 1-10. Bener, A., Salahaldin, A. H., Darwish, S. M., Al-Hamaq, A. O., Gansan. L., 2008, Association Between Hearing Loss and Type-2 Diabetes Mellitus in Elderly People in a Newly Develop Society. Qatar Biomedical Research. pp. 193 187-193. British Audiology Recommended Procedure. 2004 Pure Tone Air and Bone Conduction Thereshold with and without Masking and Determination of Uncomfortable Loudness Lever. March. pp. 1-27. Chartrand MS. 2003. Diabetes Mellitus and Hearing. Audiology Online Retrieved November 25, 2012 Departemen Kesehatan Republik Indonesa. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan metabolik;pp. 1-46. Diniz , Guida HL. 2009 .Hearing Loss in Patients with Diabetes Mellitus. Brazilian Journal Otorhinolaryngology. 754. pp 573-8. Djokomoeljanto Neuropati Diabetic Naskah Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. dalam rangka purna tugas Prof. DR. Dr. RJ. Djokomoeljanto. Semarang Penerbit Universitas Dipenogoro. pp 1- 14 Erdem, T., Ozturan. O., Miman, M. C., Ozturk, C., Karatas, E., 2003. Exploration of The Early Auditory Effects of Hyperlipoproteinemia and Diabetes Mellitus using Otoacoutic Emission. Turkey Eur Arch Otorhinolaryngology. pp . 260 62-66. Fadhlan, I,. 2010 dalam Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural Dengan Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Terkendali Baik dan Tidak Terkendali Baik. Foster DW. 1998. Diabetes Mellitus. In Harrisonās Principles of Internal Medicine. 14th Frisina S, T., Mapes F., Kim S. H., Firsiana D. R., 2006, Characterization of HearingLoss in aged Type II Diabetics. Hearing Reasearch 211. pp. 103 ā 113 Fukushima H, Cureoglu S, Scachern PA, Paparella SS, Harada T, Oktay MF. 2006. Effect of Type 2 Diabetes Mellitus on Cochlear Structure in Humans. Arch Otolarngology Head and Neck Surgery, 132 934-938 Gazzaz, Z., J., Makhdon, M. N., Dhafar, K. O., Maimini, O., Farooq, M. U., Rasheed, A. 2011. Pattern of Otorhinolarybgological Disorders in Subjects with Diabetes. Saudi Arabia The International Medical Journal Malaysia. pp 102 13-16 Gacek RR, 2009, Anatomy of the Auditory and Vestibular System. In. Ballangerās Otorhinolaryngology17, Head and Neck Surgery. Connecticut BC Denker Inc pp. 5 -7 Gopinath, M., Mcmahont, C., Rotchchina, E., Wang, J., Boyages, S,. Leeder, S., 2009, Original Article Complication Relationship of Type-2 Diabetes to The Prevalence, Incidance and Progression of age-related hearing loss. Australia, pp. 483-488. Gustian,R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1857 ā 1859. Hain, T. C. Ed.. 2012. Hearing Testing. Retrieved November 21, 2012, from American Hearing Research Foundation Janker, D. S., Bodhe, C. D., Bhutada, T. B., 2012. A Study on Hearing Loss In Type II Diabetics. India International Journal of Medical Research & Health Sciences. pp. 24 893-898 Jianmin Ren, Peng Zhao, Li Chen,Anting Xu,Stacey N. Brown,and Xiaoyan Xiaoa. 2009. Hearing Loss in Middle Aged Subject with Type 2 Diabetes Mellitus. Archieves Medical Researches. pp 18-23. Kakarlapudi V, Sawyer R, Staecker. 2003. The Effect of Diabetes on Sensorineural Hearing Loss. Otology and Neurotology. vol 24 382-86. Keith, R. W., & Pensak, M. L. 2003. Auditory Testing and Remediation. In Lee, & Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. McGraw Hill. pp. 40-52 Khariwala, S. S., & Weber, P. C. 2014. Anatomy and Physiology of Hearing. In B. J. Bailey, J. T. Johnson, & S. D. Newlands, Head & Neck Surgery - Otolaryngology, 4th Edition. Philadeplhia Lippincott Williams & Wilkins. pp. 1883-1903. Khariwala, S. S., & Weber, P. C. 2014. Allergic and Nonallergic Rhinitis. In B. J. Bailey, J. T. Johnson, & S. D. Newlands Eds., Head & Neck Surgery ā Otolaryngology. 4th ed., Vol. I. Lippincott Williams & Wilkins. pp. 352-354 Kolegium Ilmu Kesehatan THT-KL. 2008. Modul Utama Modul Telinga Gangguan Pendengaran. Maia CA, Alberti C, 2005. Diabetes Mellitus as etiological factor of hearing loss. Rev Brass Ottorinolaringology, vol. 71, pp. 208 ā 214. Mathers, C., SMith, A., & Concha, M. 2000. Globar burden of Hearing Loss in the year 2000. Global Burden of Disease 2000, pp. 1-30. Moller AR. 2006. Anatomy of The Ear. In Moller AR, editor. Hearing Anatomy, Physiology, and Disorder of The Auditory System. 2nd Moller AR. 2006. Anatomy of The Ear. In Moller AR, editor. Hearing Sensory systems anatomy and physiology. 2 ed. San Diego, California USA. p. 3-17. nd Morales, L. V. D., Renaud, K. J., Sevilla, M. E. G., Prado, J. H., Hernandez, J. M. M., 2005. Auditory Impairment in Patients with Type-2 ed. San Diego, California USA; pp. 273-304. Diabetes Mellitus. Mexico Archives of Medical Research. pp. 36 506- 510. Mozzafari, A,. Tajik, A,. Arioei, N,. Ali, E, F., Benham, H,. 2010, Diabetes Melitus and Sensorineural Hearing Loss Among Non-Elderly People,.Eastern Mediterranean Health Journal. Vol. 6, No, 947-952 Naini, A, S., Fathololoomi, M, R,. 2003. Effect of Diabetes Mellitus on the Hearing Ability of Diabetic Patients. NRITLD. Tanaffos;26; 51-8 Nepal MK, Rayamajhi P, Thapa N. 2007. Association of systemic disease with sudden sensorineural hearing loss. Journal of Institute of Medicine; 29 25-28. Panchu, P,. 2008,. Auditory Acuity in Type-2 Diabetes Melitus,; International Journal of Diabetes Dev Ctries; 284. pp. 114-20. Pani, V., Swathi, V. M., Jasmine, A., 2013. Effect of Early Onset Type-2 Diabetes Mellitus on Hearing. Mysore Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences. Vol. 2., pp. 8880-8885. Pemmiah, & Srinivas. 2011. Hearing Loss in Diabetes Mellitus. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicnine and Public Health , 725-731. PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di Indonesia, Jakarta Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, pp. 4 ā 69. Purnamasari D. dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi ke-5. Jakarta Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI; pp 1880-83. Riset Kesehatan Dasar, 2013. Dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, pp 1 ā 268. Rozanska K M., Chodynicki S, Rinalska I., Kowalka I. 2002. Hearing Loss of Diabetes Mellitus type II. Otolaryngology Pol. 5, 607 ā 610 Sasso, F. C., Salvotare, T., Tranchino, G., Cozzolino, D., Caruso, A. A., Persico, M., Gentile. S., Torella, D., Torella, R., 1999. Cochlear Dysfunction in Type-2 Diabetes A Complication Independent of Neurophaty and Acute Hyperglicemia. Italy The Departement of Gerontology and Metabolic Disease and The Departement of Otorhinolaryngology of University of Neples Federicco II. pp. 4811 1346-1350. Sakuta H, Suzuki T, Yasuda H. Type 2 diabetes and hearing loss in personnel of the Self-Defense Forces. Diabetes Research and Clinical Practice 2007; 75, pp 229-34. Shahab A, 2006, Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Penyakit Jantung Koroner,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV, Jakarta, Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1894 - 1897 Shen, F. C., Hsieh, C. J., 2013. Severity of Hearing Impairment is Positively Associated Eith Urine Albumin Excretion Rate In Patients With Type 2 Diabetes, Taiwan Journal of Diabetes Investigation. pp 1-5. Shuen Fu W, Shyang Yuh W, Thien Chen, Jen Chuan; Fu Yen T. 2004 . Prognostic Factors of Sudden Sensorineural Jearing Loss in Diabetic Patient. Diabtes Care , pp. 2560-2561. Soegondo S,. 2006. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus Tpe-2. Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. pp. 1860 ā 1863. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran Tuli. Dalam Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi ke-6. Jakarta Balai Pustaka FKUI; 2007 pp. 10-22. Soetirto I, Hendarmin H, Basharudin J. 2010. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga Edisi Keenam. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 30-40 Staecker H. Sawyer R, Kakarlapudi V. 2003. The Effect of diabetes on sensorineural hearing loss. Journal Of Oto-Neurootology , pp. 382 ā 386. Suwento R, Hendarmin H, 2007. Gangguan Pendengaran Pada Geriatri, dalam Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti DR penyunting, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorork Kepala dan Leher, Edisi 6, Balai Penerbit FK UI; pp. 43 ā 45. Sunkum, J. K., Pingile, S., 2013. A Clinical Study of Audiological Profile in Diabetes Mellitus Patients. India Aur Arch Otorhinolaringology . pp. 270 875-879. Tan KCB, Chow WS, Metz C. 2002. Advanced Glycation End Products and Endothelial Dysfunction in Type 2 Diabetes. Diabetes Care 2002; 25 1055-59. Tazaki, M, H,. Mansourian, A, R,2011,. The Comparison of Hearing Loss Among Diabetic and Non Diabetic Patients,. Journal of Clinical and Diagnostic Research, Vol Votey SR, Peters AL. Diabetes Mellitus Type 2-A Review. Emergency Medicine, UCLA 2008. Votjka ,J,, Ciljakova, M,. Banovcin P,. 2012, Diabetic Microangiophaty- Ethiophatogenesis, New Possiblities in Diagnoisis and Management. Availble from Waspadji, S. 2009. Komplikasi Kronik Diabetes Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-5. Jakarta Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1922-29. World Health Organization, 2010. Deafness and Hearing Impairment, Available from
Halini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Menurut catatan di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS DR. Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan : Merupakan rumusan dari seluruh karya tulis ini. Saran : Merupakan tanggapan dan hal-hal yang
Meskipunproses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).
dengandiet dan olahraga. (Soegondo, dkk,2005). Diabetes Melitus dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Diabetes Mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM atau DM Tipe1). Kebanyakan Diabetes tipe-1 adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakitnya diketahui mereka harus langsung memakai insulin.
BABV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di simpulkan sebagai berikut: 1. Ada korelasi positif lemah antara kadar HbA1c dengan kadar trigliserida pada penderita DM tipe 2 tidak terkontrol (p= 0,030 , r= 0,248). 2.
Gejalakhas diabetes mellitus berupa pliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun (meskipun nafsu makan meningkat), hiperglekimia, dan glukosuria. Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impoten pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita, biasanya diabetes muncul pada usia diatas 40 tahun dan anak-anak yang masing-masing berlainan sifatnya.
Kesimpulan Ada hubungan yang menyelesaikan skripsi yang berjudul "Hubungan Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Derajat Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) pada Pasien PPOK" dengan baik. saran, bimbingan, dan nasihat untuk menyempurnakan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 6. Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta
Diabetesmellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah( hyperglikemia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk merespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan oleh pancreas ( Burnner dan suddarrth, 2003) 2.2 Patofisiologi Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam
Qmks. hynl1972f4.pages.dev/653hynl1972f4.pages.dev/539hynl1972f4.pages.dev/176hynl1972f4.pages.dev/696hynl1972f4.pages.dev/165hynl1972f4.pages.dev/625hynl1972f4.pages.dev/906hynl1972f4.pages.dev/303
kesimpulan dan saran diabetes melitus